Hasratku untuk menelusuri perjalanan si penyair membawaku pada suatu malam yang terlalu kelam untuk dilukiskan. Aku coba meraba, dimanakah suara si penyair yang pada tiap tengah malam mengumandangkan sumpah-sumpah kesunyian.…
Bahasa Kesunyian
-
-
Tak pernah tahu kenapa hidup itu perlu. Beberapa pertanyaan tentang kemana mata harus diarahkan, dan untuk apa pikiran musti dipekerjakan. Jika semua yang tercerap oleh indera dan nalar, adalah ceceran…
-
Malam ini terasa sedikit beda. Aku seperti sedang dikelilingi kesunyian yang menenangkan, tapi serasa juga ada lubang besar semacam kecemasan yang mengikis lorong waktu. Biasanya dalam situasi seperti ini, sisi…
-
Ksatria Cahaya mendekat dan memintaku untuk duduk bersila dengan tenang. Sepertinya ia tahu, bahwa kekacauan yang telah kutimbulkan belakangan ini.. membuatnya tergerak untuk memberiku beberapa pencerahan guna memulihkan ketenanganku. Ia…
-
Aku baru menyadari sepenuhnya.. benar-benar sepenuhnya tentang satu hal. Pemikiran dan imajinasi yang tertancap di bagian tengah otakku ini, hanya bisa bekerja secara benar ketika pikiranku tersambungkan dengan jejaring alam…
-
Kecerdasan seperti apakah yang mampu berkelit dari libasan waktu? Kekuatan macam apakah yang mampu mematahkan libasan waktu? Kebijaksanaan manakah yang sanggup menghentikan libasan waktu? Waktu..tak pernah mau memberi kesempatan cukup…
-
Grid. Sebuah perbatasan digital. Aku mencoba menggambarkan arus bit informasi yang bergerak pada layar komputer. Seperti apakah mereka? Kapal..sepeda motor. Dengan sirkuit seperti jalan raya yang bebas hambatan. Aku terus…
-
Film ini terkesan sangat berat. Bagi sebagian orang film ini membuat pusing, menguras pikiran, dan sebagian malahan ada yang ketiduran. Dalam penilaian saya, film ini dua level lebih baik dibanding…
-
Suatu ketika, Paulo Coelho memperkenalkanku dengan seseorang yang ia sebut sebagai ksatria cahaya. “Apakah ksatria cahaya itu?” tanyaku. ”Ksatria cahaya adalah seseorang yang memiliki tekad kuat dalam memenuhi takdir hidupnya,…
-
Suatu malam, Kahlil Gibran bertamu ke rumah khayalanku. Ia beralis tebal, matanya sedikit cekung, memakai topi dan baju khas seorang Libanon yang baru saja melewati hutan Cedar. Sempat aku terheran,…
- 1
- 2