Hasratku untuk menelusuri perjalanan si penyair membawaku pada suatu malam yang terlalu kelam untuk dilukiskan. Aku coba meraba, dimanakah suara si penyair yang pada tiap tengah malam mengumandangkan sumpah-sumpah kesunyian. Aku mencium bau anyir darahnya.. dan menangkap pertanda akan hadirnya peristiwa yang beku dan mematikan. Kini, kupertajam lagi pendengaranku untuk meresapi kisah-kisahnya. Dan kisah itu pun bermula ….
Sayap-sayap yang kelam melingkupi kota, dimana alam membentangkan selubung salju putih bersih di atasnya. Orang-orang telah meninggalkan jalanan dan kembali ke kediaman mereka untuk mencari kehangatan, sementara angin dingin menyelusup seakan hendak merusakbinasakan taman-taman.
Di pinggiran kota, di tepi tebing terdapat sebuah gubug tua yang perlahan-lahan tertutup salju. Dalam sebuah kamar yang gelap di gubug itu terdapat sebuah ranjang tua, di atasnya terbaring seorang laki-laki muda yang tengah sekarat, matanya menatap cahaya suram lampu minyak yang apinya hampir padam tertiup angin. Ia adalah seorang lelaki muda yang merasa pasti bahwa saat-saat damai pembebasan dirinya dari cengkeraman kehidupan semakin dekat. Dia sedang mengharap-harap cemas akan datangnya kematian. Pada wajahnya yang pucat terbesit sinar harapan, di bibirnya terulas senyum kesedihan, dan di matanya tergambar sikapnya yang penuh maaf.
Dia adalah penyair yang mati kelaparan di kota yang kaya nan subur. Dia hidup di dunia fana ini untuk menghidupkan hati para manusia melalui rangkaian kata-katanya yang indah dan mendalam. Dia bagaikan roh mulia yang dikirim oleh Dewi Pengetahuan untuk menyejukkan dan melembutkan hati manusia. Tetapi dengan senyum itu, ia mengucapkan selamat tinggal pada bumi yang gelap ini tanpa mendapatkan sesungging senyum pun dari para penghuni bumi lainnya.
Dengan sisa tenaganya yang semakin melemah, dia angkat tangannya ke arah langit, dia gerakkan matanya yang semakin mengabur, seakan ia ingin menembus langit-langit kamar rumahnya untuk memandang bintang-bintang yang tersembunyi di balik awan.
Dia berkata: Datanglah wahai kematian yang indah, jiwaku tengah merindukanmu. Mendekatlah padaku dan bukalah belenggu kehidupan ini, karena aku telah lelah menyeretnya. Datanglah wahai kematian yang baik hati, bawalah aku dari hadapan para penghuni bumi yang melihatku bagai orang asing karena aku mengartikan bahasa malaikat untuk mereka.
Cepatlah wahai kematian yang damai, bawalah aku dari hadapan orang-orang yang meninggalkanku di sudut gelap pengabaian karena aku tidak menumpahkan darah kaum lemah seperti yang mereka lakukan. Kemarilah wahai kematian yang lembut, rengkuhlah aku di antara sayap-sayap putihmu, karena sesamaku tak menghendaki diriku untuk menyuarakan kebenaran. Peluklah aku wahai kematian yang penuh cinta, biarkan bibirmu menyentuh bibirku yang tak pernah merasakan ciuman dari para kekasih sejati. Datanglah dan bawalah aku, wahai kematianku.
Lalu, di sisi tempat tidur penyair yang sekarat itu muncul seorang bidadari yang memiliki kecantikan gaib yang luar biasa, dengan rangkaian bunga lili di tangannya. Ia memeluk si penyair dan menutup matanya hingga ia tak akan pernah melihat lagi, kecuali dengan mata hatinya. Ia berikan ciuman yang dalam dan lama, lalu dengan lembut melepaskan ciuman itu perlahan. Dan terukirlah senyum abadi yang menggambarkan kebahagiaan di bibir si penyair.
…………………………………………………………………………………………………………………………………………….
90 % diadaptasi dari buku Cinta, Ketulusan dan Kesunyian, Kahlil Gibran.
Diselaraskan oleh elmoudy
63 comments
Proses menuju alam lain yang indah…sepertinya kematian disini bukan sesuatu yang menakutkan tapi menenangkan
transformasi ke alam keabadian terasa indah, seindah untaian kata sang penyair
bentuk penghormatan dan penghargaan kepada sang penyair, manis sekali
(maaf) izin mengamankan KEEMPAT dulu. Boleh kan?!
manis sekali…. sebuah kematian yang indah
dan penyair pun kini telah berpindah dunia
Too much curious article. Thanks for post.
dan ketika… seseorang berpindah jiwa…
Perpindahan yang dirindukan dan merindukan kekasihnya di alam sana.
indahnya,
seperti apa ya kematian yang indah
kematian yg mengenaskan….indah dalam kepedihan. Nggak tahu aku apa yg ada dalam benak sang “penyair”…apakah suatu kepasrahan total yg abadi…atau bentuk mekanisme pertahanan diri dari suatu keputusasaan….anyway….sip…siiipppp…!!
ungkapan yang indah, entah kepasrahan, entah kebahagiaan…bedanya terasa tipis di sini…
sebuah jalan menuju dunia yang lebih abadi…
kematian bukanlah sebuah perpisahan melainkan menjadi awal untuk kehidupan berikutnya,,semoga sang penyair bisa bertemu dengan sang bidadari di kehidupan selanjutnya…
Tulisannya bersayap-sayap persis seperti tulisan mbak khalil gibran
penyair itu akan tetap hidup loh jika punya karya spektakuler
Akhirnya si penyair bisa merasakan kebahagiaan stlh kematian itu datang ya…
Sebuah proses perpindahan kehidupan, dari alam fana ke alam keabadian…Ah betapa memilukan, sang penulis mati di tengah negeri yang kaya dan subur…
meskipun indah tapi rasanya tetep aja menakutkan…
HIDUP!!!
Kebahagian akhir buat si penyair.
Akhir hayat yg indah… penuh keindahan… & bahagia tentunya…
Aku tahu ada sesuatu yang lembut, tenang dan damai menghampiriku. Ketika kau menelepon ku, maka saat itu pulalah kenangan yang ku miliki tetang mu bermain –main. Memainkan irama syahdu, memberi ruang pada ku untuk memberikan apa yang tidak sempat diberikan pada masa lalu. Masa di mana aku masih berjibaku dengan pencarian diri sendiri. Jika, ini adalah kesempatan terakhir ku.
Wow, lu paling bisa ya mengadaptasi tulisan Kahlil Gibran. Doi memang paling top deh, tulisannya penuh makna dan kadang sulit dipahami.
apresiasi yang tak ada bandingan dari sang penyair..dan siapakah yang menggantikannya ??
salam hangat
penyampaian bahasa yang sangat bagus, dari suatu kejadian yang sebenarnya sedih menjadi indah…
salam
salam kenal teh
keren2, lanjutkan
bunda iri dgn hari akhir yg indah itu.
Mas Moudy selalu berhasil menggambarkan melaui kata2, yg mengerikan itu justru menjadi suatu peristiwa yg indah
salam
wh puitis
kenapa selalu berjalan di garis kematian?
rangkaian kalimat yg endahhh!
gue demen kadar menyimpulkannyeh?
salam ‘wat bidadari dgn bunga lili itu yeh, hahaha..
o ya.. numpang baca2 pic-nye oke-oke ;p
“Lalu, di sisi tempat tidur penyair yang sekarat itu muncul seorang bidadari yang memiliki kecantikan gaib yang luar biasa, dengan rangkaian bunga lili di tangannya. Ia memeluk si penyair dan menutup matanya hingga ia tak akan pernah melihat lagi, kecuali dengan mata hatinya”
*suka kalimat ini*
Kebaikan yang pernah kita perbuat untuk merubah orang lain untuk menjadi baik juga pastinya akan kembali kekita kebaikkan itu.
hmmmm….
kematian yang indah
Assalaamu’alaikum
Subhanallah Mas Elmoudy… saya bagai terseret sama menyisir angin membuang keringat yang merenyahkan wajah sang penyair. Indah sekali bahasa nan menawan. Bagai awan gemawan yang menyimpul lembut menjadi taburan bunga untuk wangian mandian yang tak terucap.
Sayang perginya sang penyair tanpa ucapan duka dari penghuni bumi yang disajinya dengan hidangan enak kata mutiara. Sayang hilangnya sang penyair di pandang sepi dalam pengharapan yang panjang penuh kesal akan ketidaksampaian cita-cita mendamaikan dunia
Aduuh… mas, saya bisa terlarut dalam bicara murni tulus indah saat kematian yang memisahkan kesenangan dengan kedamaian. Mudahan matinya kita nanti dalam keadaan husnul khatimah. Amiin. salut mas, saya kagum dengan bahasa dan ceritanya.
Salam mesra dari saya di Sarawak, Malaysia.
hmm…betapa indahnya..
penyair itu siap menantikan ajalnya, dalam kematian yang indah mas elmoudy
hal yang banyak ditakuti kalau digambarkan dengan indah melalui oretan indah dan menawan akan menjadi susutu yang indah dan banyak didambabakan
susunan bahasa yang luar biasa
menyisir sang penyair
salam dari pamekasan madura
kematian damai cepatlah bawa aku dari keangkaraan dunia ini
sungguh indah dan bikin merinding mas
kemataian damai yang selalu ditunggu
Salam Oudy ,
Kematian yang tampak penuh damai, seperti kematian orang-orang yang dimuliakan-Nya meski terkadang dengan cara-cara yang tak terduga.
semuapun mendambakan kematian berakhir dengan indah, kalo dalam sastra jawanya Khusnul Khotimah….
apakabar kak???
meskipun ga ngerti banget..gw bacanya sejuuk kak ;)
Penyair mati….
Siapa yang meneruskan jejaknya?
Ketika keabadian yang sunyi namun menenangkan lebih dirindukan dibandingkan hiruk pikuk kehidupan yang fana namun menggelisahkan…
semua makluk tuhan ga ada yang abadi kecuali Allah ….
Selamat siang Elmoudy, ketika perasaan sudah tertanam kuat didalam hati, maka kehidupan ini akan berubah menjadi agamis. Merasakan hidupnya berada didalam bimbingannya akan menumbuhkan sikap dan perilaku yang memancarkan nilai-nilai keagamaan, Menyambut takdir kematian dengan cara yang tenang, Bukan demikian Elmoudy ?
Regards, agnes sekar
Selamat siang Elmoudy, ketika perasaan sudah tertanam kuat didalam hati, maka kehidupan ini akan berubah menjadi tenang.
Regards, agnes sekar
kematian yg pasti.. indahnya apabila kembali dalam keadaan khusnuh khotimah..
dahsyaaattt
kematian yang indah bagi sang penyair yang selalu menyenandungkan syair syair kehidupan yang indah ….
satu gambaran kematian yg indah
Suatu gambaran tentang kematian yang indah yang telah digambarkan Elmoudy melalui kata2..
Jika saja semua mati dengan bibir senyum begitu, maka kematian tak semengerikan seperti yang kita dengar.
kematian adalah sesuatu yang indah jika kita menyadari bahwa itu adalah sebuah proses untuk pulang…
terasa sekali sejak awal klo Moudy pecinta Kahlil Gibran…
* akhir hidup yang indah bagi penyair itu..
saya pingin mati seperti itu…
sang penyair, kematiannya pun menorehkan kalimat2 indah :-)
hiks
Assalaamu’alaikum Mas Elmoudy
Dengan hormat dan takzimnya, saya berharap sahabat sudi menerima AWARD PERKASA – KAU ADALAH YANG TERBAIK, sempena sambutan HARI BAPA di Malaysia pada 20 Jun 2010. Ia sebagai menghargai persahabatan dalam perkongsian ilmu di ruang maya dan mengenangi jasa para bapa dalam memperjuangkan kehidupan yang harmoni untuk kebahagiaan keluarganya.
http://websitifatimah.wordpress.com/2010/06/21/20-jun-2010-selamat-hari-bapa-untukmu-malaysia-dan-indonesia/
Salam mesra dari saya.
innalillahi wa inna ilaihi roji’un …
semoga sang penyair di terima di sisiNya
makna denotasi dan konotasinya kental banget. membawa kita merusak ruang dimensi untuk membayangkan gambaran kematian yang Indah walaupun dalam kehampaan.
makna denotasi dan konatasinuya sangat kental. sehingga membawa kita merusak ruang dimensi untuk menembus bayangan kematian yang indah walaupun terasa kelam.
nice post…
mengapa harus mengundang kematian meskipun ia begitu indahnya..
apa yang kurang dari dunia sehingga san penyair lebih mengharapkan sebuah akhir hidup? apa karyanya yang tidak diterima masyarakat? apa dirinya yang hidup penuh kemiskinan? atau memang pola pikir nya yang tidak saya mengerti?
btw el, sepertinya huruf blog loe kekecilan. bisa gedein dikit nggak biar enak bacanya? hehe..
alangkah indahnya perjalanan yang diiringi oleh senyum. semoga yg tersenyum bukan hanya bibirny saja, tapi hatinya pun turut tersenyum bahagia!