Garis warna merah menunjukkan rute sepanjang pegunungan Kendeng, dengan rentangan kurang lebih 130 km, dimulai dari tapak yang berdekatan Makam Sunan Prawoto (Raja keempat Kerajaan Demak) di Sukolilo, Pati dan makam sesepuh agung kerajaan Pajang dan Mataram, Ki Ageng Selo di kecamatan Tawangharjo, Grobogan – terus bergerak ke timur melewati kabupaten Pati, Rembang, Blora, dan Tuban hingga ketemu kantor pabrik Semen Gresik (PT Semen Indonesia) yang beroperasi di kabupaten Tuban.
Dalam radius 5 km ke selatan dan ke utara (khususnya) di sepanjang pegunungan Kendeng adalah karst, tanah berkapur. Tuhan tidak asal membentangkan pegunungan Kendeng di pelataran utara Pulau Jawa. Salah satu perannya adalah pelindung manusia di bawahnya dari hantaman badai puting beliung dan dari terjangan banjir.
Tanpa adanya pegunungan Kendeng yang lestari, yang harusnya dirawat tiap hari tiap detik selayaknya ibu bumi yang makin menua – di musim hujan kawasan Pati tak terkecuali kota Pati, kantor bupati juga, kantor DPRD juga – akan gampang diterjang banjir. Jika di musim kemarau datang, sawah-sawah mulai mengering, tak sedikit warga masyarakat kudu ngangsu (nyari air bawa gembet di kanan kiri di sepeda ontel), karena cari air buat mandi dan masak susah betul. Pegunungan Kendeng menjadi penjaga sumber mata air yang menghidupi ratusan ribu masyarakat di sana. Silakan menelusuri temuan-temuan tapak pegunungan Kendeng yang layak untuk direnungi, pada peta online di bawah ini.
Peta diatas dibuat berdasarkan data dari Badan Informasi Geospasial dan Environmental Systems Research Institute.
Bagi pabrik semen, area sepanjang pegunungan Kendeng adalah lahan menggiurkan untuk ditambang hingga 100 tahun sekalipun belum habis. Bisa lebih 250 tahun juga, nyaingi penjajahan zaman Belanda. Dua kecamatan yang ada di pegunungan Kendeng yaitu Tambakromo dan Kayen kabupaten Pati dibuatkan ijin lingkungan oleh Bupati Pati, Haryanto untuk pabrik semen Indocement Tunggal Prakarsa (Heidelbergcement Group, Jerman) atau semen Tiga Roda. Sejak beberapa bulan lalu, bupati Haryanto berjibaku di pengadilan melawan warganya sendiri, dan bulan ini siap-siap saja menerima putusan Mahkamah Agung, ijin bupati atas pabrik semen lanjut ataukah stop. Yaah…itu sudah bisa ditebak.
Lalu, 2 kecamatan yakni kecamatan Gunem dan kecamatan Bulu Kabupaten Rembang, pabrik Semen Gresik menancapkan tapaknya dan siap-siap nekad beroperasi atas restu Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo. Padahal gelombang penolakan warga atas pabrik semen tersebut begitu dahsyat.
Membaca Peta Meniti Napak Tilas
Membaca peta pulau Jawa khususnya tanah pegunungan Kendeng, tak bisa dilepaskan dari membaca ulang peta kesejarahan kerajaan-kerajaan Islam di tanah Jawa, sekitar 500 tahun silam. Ada tapak-tapak historis yang penting dan krusial di pegunungan Kendeng, yang harusnya mendapat penghormatan dari masyarakat dan pemangku kebijakan yang hidup saat ini, terlebih pemimpin daerah seperti bupati dan gubernur, yang katanya beragama Islam dan dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Tapi kok malah berniat mengkasak-kusuk area tersebut dengan tapak-tapak semen.
Alkisah, di dusun Ngerang kecamatan Tambakromo terdapat makam Nyai Ageng Ngerang yang merupakan sesepuh agung sekaligus guru dari raja-raja pendiri kerajaan Pajang dan Mataram (Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kasunanan Surakarta Hadiningrat). Nyai Ageng Ngerang adalah seorang ulama waliyullah yang satu masa dengan Walisongo, menyebarkan agama Islam di daerah Juwana dan daerah lereng pegunungan Kendeng. Ibundanya bernama Dewi Retno Nawangsih, ayahandanya bernama Raden Bondan Kejawan (putra Prabu Brawijaya V).
Nyai Ageng Ngerang memiliki menantu bernama Ki Ageng Selo, dimana makamnya berjarak 25 km ke arah selatan dari makam Nyai Ageng Ngerang tepatnya berada di kecamatan Tawangharjo, Grobogan – masih berada di pegunungan Kendeng. Nyai Ageng Ngerang memiliki cucu bernama Ki Ageng Ngerang III yang menikah dengan putri Sunan Kalijaga bernama Raden Ayu Panengah dan dikaruniai anak bernama Ki Ageng Penjawi. Raden Ayu Panengah dimakamkan di kecamatan Laweyan, kota Surakarta.
Jadi, Ki Ageng Penjawi adalah cicit dari Nyai Ageng Ngerang, juga cucu Sunan Kalijaga (mohon dikoreksi jika ada kekeliruan silsilah). Ki Ageng Penjawi memiliki 2 anak bernama Raden Pragola, yang menjadi adipati di tanah Pati tahun 1600 M, dan anak perempuan bernama Waskita Jawi atau Kanjeng Ratu Mas yang menikah dengan Raja pertama Kasultanan Mataram, Panembahan Senopati.
Sementara itu, Ki Ageng Selo memiliki cucu bernama Ki Gede Pemanahan. Bersama dengan Ki Ageng Penjawi, Ki Juru Martani, Ki Gede Pemanahan, mereka dikenal dengan sebutan Tiga Tokoh dari pegunungan Kendeng, atau disebut juga dalam bahasa kekinian dengan Three Musketeers of Mataram – yang membangun pondasi awal kasultanan Mataram di Kotagede, Jogja.
Lalu, di pegunungan Kendeng tepatnya di kecamatan Sukolilo ada makam Sunan Prawoto. Sunan Prawoto adalah raja keempat Kerajaan Demak, yang juga tokoh alim ulama terkemuka – merupakan putera sulung Sultan Trenggono, yang artinya cucu Raden Patah, Raja Pertama Kerajaan Demak. Di kecamatan Kayen, ada makam Syeikh Jangkung, atau Saridin – yang merupakan tokoh ulama nyentrik yang disegani di masyarakat Pati, murid dari Sunan Kudus dan Sunan Kalijaga.
Kisah di atas, hanya untuk mengingati tokoh yang telah berjasa besar membangun masyarakat Pati, Kudus, Demak, Solo, Jogja dan tanah Jawa. Napak tilas kesejarahan di tanah pegunungan Kendeng, serasa de javu hidup dalam naungan para wali di tanah Jawa dimana sawah ijo royo-royo, pemimpin dan masyarakatnya hormat dalam pengasuhan alam, seperti lantunan lagu Lir-Ilir.
Kata simbah, jangan sampai kita buta sejarah – karena bisa berakibat buta hati dan gelap mata. Sebelum semuanya terlambat.
Membaca Peta Offline
Di bawah ini peta yang offline, bagi yang tidak terbiasa dengan peta online atau ingin mendownload dengan mudah.
01 Peta format jpeg : DOWNLOAD (klik, lalu klik kanan “View Image”)
02 Peta format pdf : DOWNLOAD
Ditandai dari Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati ada tapak makam Sunan Prawoto (A), dan di Tuban sudah tertanam tapak Pabrik Semen Gresik (B). Setelah gagal mencoba menancapkan tapak semennya di Sukolilo, lalu geser ke kecamatan Kayen (dekat dari makam Syeikh Jangkung), dan kecamatan Tambakromo (sangat dekat dengan makam Nyai Ageng Ngerang).
Saat ini, di kecamatan Gunem dan kecamatan Bulu kabupaten Rembang, Pabrik Semen Gresik menancapkan tapaknya, padahal Presiden Jokowi dan dua lembaga yakni Kantor Staf Presiden dan Kementerian LHK sudah melarang dilakukannya tambang apapun. Anehnya Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, membuat diskresi, melawan titah Presiden Jokowi – memberi ijin Pabrik Semen beroperasi.
Saat ini, di kecamatan Kayen dan kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati hampir mau beroperasi pabrik semen yang bernama Indocement (Tiga Roda) yang diberi ijin Bupati Haryanto. Aduh, piye leh iki.
Baca Juga : Puisi Petani Kendeng