Elmoudy
  • Home
  • Film
  • Passion 4 Life
  • Fiksi
    • Pertanda Aku

      Simulacrum : Darkshines

      Simulacrum : Shrinking Universe

      Semilir Angin

      Bidadari Kesunyian

  • Mengurai Tanda
    • Mudik di atas Sajadah Panjang

      Gelandangan di Negeri Sendiri

      Rakaat Panjang bersama Cak Nun

      Meresapi Kearifan Lokal di Pati

      Wayang Potehi: membaca putaran waktu

  • Sadar Lingkungan
    • Pegunungan Kendeng from Space

      Tepi perbatasan, atau tepi pesimisme

      Spekulasi Kecil

      Freaky Freaky

      Mbah Priuk

Elmoudy

  • Home
  • Film
  • Passion 4 Life
  • Fiksi
    • Pertanda Aku

      Simulacrum : Darkshines

      Simulacrum : Shrinking Universe

      Semilir Angin

      Bidadari Kesunyian

  • Mengurai Tanda
    • Mudik di atas Sajadah Panjang

      Gelandangan di Negeri Sendiri

      Rakaat Panjang bersama Cak Nun

      Meresapi Kearifan Lokal di Pati

      Wayang Potehi: membaca putaran waktu

  • Sadar Lingkungan
    • Pegunungan Kendeng from Space

      Tepi perbatasan, atau tepi pesimisme

      Spekulasi Kecil

      Freaky Freaky

      Mbah Priuk

Syair Penguasa Tua

by elmou 16.11.2016
16.11.2016

kahlil-gibranSaudaraku… wahai penguasa sebangsaku.
Apakah yang kau mau? Inginkah kau agar kubangunkan bagimu istana megah dengan hiasan kata-kata hampa dan palsu. Ataukah kubangun kuil-kuil pemujaan materi yang beratap khayalan. Ataukah kausuruh aku menghancurkan segala yang telah kau bangun dengan bala tentaramu yang bodoh dan culas. Haruskah tanaman kemunafikan yang kau jaga dengan sederet pagar keprihatinanmu, kucabuti semuanya dan kutebas dengan pedang. Sebutlah keinginanmu yang tidak waras!

Sahabatku… penguasa sebangsaku.
Apa yang harus kulakukan? Perlukah aku mendengkur, terlelap manis bagai anak kucing malas dan tidur di bawah pintu istanamu, demi kepuasanmu? Ataukah aku harus meraung bagai singa tua yang berhasrat mencari mangsa untuk memenuhi isi perut anak-anaknya yang kelaparan. Aku telah menyanyikan lagu kehormatan untukmu, tetapi kau tidak juga menari. Dan aku telah menangis di hadapanmu, tetapi kau tidak mau mengerti. Haruskah aku menangis sambil menyanyi?

Jiwamu… wahai penguasa sebangsaku.
Jiwamu pedih menderita. Jiwamu keropos karena kelaparan akan kebijaksanaan para sufi, sedangkan serpihan ambisimu yang dangkal berserakan dimana-mana, lebih banyak dari kerikil di lembah sungai. Hatimu telah kering, layu kehausan. Sedangkan kepingan perak materi menyesaki seisi rumahmu. Mengapa tak dari sana kaulepaskan dahagamu?

Laut pasang dan surut. Bulan pun purnama lalu menciut. Silih berganti segala yang ada. Bagai bayang-bayang dewa yang belum lahir, melayang-layang terbang antara ada dan tiada. Tetapi kebenaran tak pernah berubah. Tiada pula bakal surut atau lenyap. Lalu mengapa kau berupaya merusak wujudnya?

Telah kuserukan kepadamu pada malam keheningan yang tenang untuk memandang bulan purnama dan keagungan hamparan bintang-bintang. Merasakan kedamaian dan menangkap pertanda suci yang biasanya ditebarkan Tuhan melalui ilham dan kontemplasi. Mungkin di malam itulah… kekuatanmu hadir kembali. Tapi kau tersentak bangun dari mimpimu, meraih pedang dalam ketakutan sambil berteriak, “dimana musuhku…aku akan membunuhmu!”

Lalu di kala pagi tiba…dan aku berseru lagi kepadamu, karena musuhmu menghadang di ambang pintu. Tetapi kau tidak bangun, sedang tercekam dalam mimpi ketakutan dan tercekat dalam iring-iringan hantu kelam. Musuhmu telah mencuri kesadaranmu, dan kau masih tertidur pulas.

Telah kutangisi penghinaan yang kauderita… wahai penguasa sebangsaku.
Serta kutumpahkan rasa pedihku agar kau mendengar suara tangis anak-anak yang merengek di sudut kota yang kautinggalkan. Airmataku telah bercucuran. Tapi sia-sia kucoba..membakar musnah kelemahanmu.

Apa harapanmu… duhai penguasa sebangsaku?
Maukah kau kutunjukkan, bayangan penampilan wajahmu di sungai yang airnya mengalir dengan tenang. Mari…dan lihat sendiri…betapa keburukan wajahmu membuat ngeri bangsa ini. Pandang dan renungkan. Ketakutan telah mengecat rambutmu menjadi sepucat abu, yang mengendap di dasar tungku. Dan kegetiran hidup telah mengubah matamu menjadi tanpa tujuan. Tinggal cekungan hitam yang hampir padam. Sedangkan hatimu yang pengecut menyentuh pipimu yang kecut.

Masihkah ada yang kaucari… wahai penguasa sebangsaku?
Apa yang kauminta dari kehidupan yang tiada lagi menganggap dirimu sebagai putra sejatinya. Jiwamu membeku dalam genggaman. Kala para penyihir dan penyamun renta mengelus bibirmu, sedangkan badanmu gemetaran menggigil ketakutan dalam cengkeraman mantra yang tak pernah berhenti mendengung di balik telingamu.

Apa yang kauharapkan… wahai penguasa sebangsaku?
Kini kau berdiri tegak di depan wajah matahari senja. Pedangmu bersarungkan kain terkoyak, dan tombak lembingmu telah patah. Perisai tamengmu penuh lubang. Bagaimana kau berani berperang menghancurkan musuh yang telah merampas kesadaranmu.

Kemunafikan menjadi agamamu. Kekosongan menjadi akhirmu. Jadi mengapa kaulanjutkan sisa umurmu untuk terus mengejar kekuasaan? Tak pedulikah kau…dengan jasadmu yang tak sanggup lagi menahan terpaan busur panah musuh. Bukankah kematian menjadi satu-satunya kenyamanan, yang harusnya kau persiapkan?

Kehidupan itu suatu tekad yang menyertai keremajaan. Dan suatu kegigihan yang mengikuti kedewasaan. Dan suatu kebijaksanaan yang mengejar kepikunan. Tapi kau…wahai penguasa sebangsaku. Yang berakhir tua dan renta. Ragamu telah layu dan isi kepalamu mulai menyusut. Masih saja kejar mengejar berlarian dalam lumpur, kalian saling melempar bebatuan.
Harus kupanggil apa…dirimu?

……………………………………………………………………..
1000 % Kahlil Gibran “Lagu Gelombang”. Baca juga : sendirinya

0
FacebookTwitterWhatsapp

23 comments

wi3nd 20.08.2013 - 5:03 pm

untuk saudara sebangsa dan setanah,ah apa masih pantas dipanggil saudara jika sesama saudara saja masih tidak perduli atau pura pura perduli? tetapi mata dan telinga telah terkunci.

imauu..,
saat purnama akhirnya muncul juga dirimu inuyasha :D

Reply
om ganteng 20.08.2013 - 6:04 pm

Jos gandos…
artikelnya muanteb gan,, senang saya membacanya..

salam kenal dah di tunggu kunjungannya…

Reply
Zizy Damanik 20.08.2013 - 7:04 pm

Moud, lama sekali baru update. Masa tiga bulan 1 tulisan. :)

Nice writing as usual. Liked it.

Reply
ded 20.08.2013 - 8:58 pm

Yang ini “Syair Penguasa Tua”. Bgm kabarnya dg “Syair Pengusaha Tua” ?

Reply
Siti Fatimah Ahmad 21.08.2013 - 12:48 pm

Assalaamu’alaikum wr.wb, Elmoudy…

Sungguh mengecewakan jika penguasa yang diamanahkan oleh bangsa tidak mengambil berat akan tanggungjawab yang diberikan atas bahunya.

Pasti bangsa akan jadi lemah dan kemajuan jua bisa musnah sekelip mata tanpa ada yang mampu mengadah lelah untuk mempertahankannya.

Mudahan keluhan ini bisa dimengertikan betapa bangsa kita, di mana-mana sahaja berada, jika tidak ada jati diri mencintai negaranya, maka pasti kita akan rebah membumi tanah melihat negara terjajah sudah.

Salam sejahtera dari Sarikei, Sarawak. :D

Reply
doktergaul 21.08.2013 - 9:26 pm

nice post mas gan..
senang bisa mampir ke sini melalui search enginee

Reply
macanlorek 21.08.2013 - 9:27 pm

thanks for share mas. btw desain blognya simpel banget. ane suka gan..

Reply
harga mesin 23.08.2013 - 9:13 am

penguasa yang tidak bertanggung jawab pasti akan merasakan akibatnya kelak

Reply
linlin 23.08.2013 - 11:28 am

Suka banget saya sama artikel ini gan, Keren

Reply
Menjejak dunia 24.08.2013 - 1:52 am

sampe melamun sendiri ane bacanya gan. keren banget….

Reply
Echa 26.08.2013 - 4:31 pm

Keren syairnya…

Reply
Adisthana 28.08.2013 - 12:56 pm

Keren dan inspiratif sekali gan syairnya.

Reply
elrahmat 29.08.2013 - 3:14 pm

Mantap dan blog berkualitas , sangat sempurna

Reply
haris 30.08.2013 - 9:39 am

NICE,…

Reply
hengki kristianto 30.08.2013 - 1:25 pm

terharu sekali gan, mudah mudahan para penguasa akan terhentak hatinya untuk koreksi diri jika membaca artikel ini. Salam kenal

Reply
nabila 03.09.2013 - 5:12 pm

pilihan katanya sangat tepat dan memiliki makna yang sangat menyentuh hati..
terima kasih gan.. keren..

Reply
kaos bola 16.09.2013 - 3:11 pm

tulisannya dalem banget, menyentuh jiwa. salam kenal ya gan :)

Reply
hendrik 18.09.2013 - 7:24 pm

Ini dah di cetak blom ?

Reply
ruly9996654 06.10.2013 - 4:48 pm

it’s a good.

Reply
resep wanita cantik 14.10.2013 - 9:15 pm

kereeeeen. kata-katanya indah

Reply
nur muhsin 26.10.2013 - 8:36 am

baru tahu kl km pinter nulis novell. goood… gooodd

Reply
tips kesehatan 05.04.2014 - 10:43 am

artikelnya baguss… good good ,, terimakasih gan mampir yukk ke wabsite kita http://www.imci.com
terimakasih

Reply
Indah Nihayaturrahmah 11.07.2016 - 7:48 am

Haloo mbaa saya juga suka menulis puisi. Tapi untuk menulis di blog saya masih ragu hehe tapi saya suka sama blog ini sukses terus mba tetap menulis yaa:)

Visit back ya mba kalau ada waktu di : indahsdaily.wordpress.com

Reply

Leave a Reply to Indah Nihayaturrahmah Cancel Reply

Save my name, email, and website in this browser for the next time I comment.

+ 31 = 40

Top Eleven

  • Bidadari Kesunyian - 141,433 views
  • Tafsiran Tembang Lir Ilir - 78,380 views
  • Lari-lari plus Meditasi di Senayan - 61,967 views
  • Avatar - 57,984 views
  • Semilir Angin - 54,572 views
  • Kenapa Cinta - 52,366 views
  • Ziarah Cinta 3 : Falsafah Kerinduan - 51,319 views
  • Tron : Legacy - 50,476 views
  • Perjalanan Sunyi - 50,285 views
  • Mabook Mudik, Mabook Cinta dan Facebook! - 48,943 views
  • Cicak Begins | Batman Begins - 45,438 views

Pelataran

  • Bahasa Kesunyian
  • Fabel
  • Fiksi
  • Film
  • Mengurai Tanda
  • Passion 4 Life
  • Sadar Lingkungan


pergilah kemana hati membawamu

©2023 elmoudy.com. All Right Reserved.


Back To Top