Anak rimba, atau yang akrab dipanggil wi3nd..mengirim sebuah buku berjudul Menatap Punggung Muhammad, kepadaku. Dia bilang, buku itu akan sampai sebelum malam Idul Qurban. Dan benar, buku itu datang kepadaku, dan malam ini…malam Idul Qurban..buku itu aku pegang..kubaca pelan.. dalam.. cepat.. hingga akhirnya khatam. Dan saatnya aku menulis beberapa kisah di buku itu…kisah tentang sebuah mimpi perjumpaan agung dengan Muhammad Sang Nabi.
Entah apa dan siapakah anak rimba itu. Sesekali dalam goresan pesan yang sampai kepadaku..seperti goresan angin yang datang ringan, cepat..ringkas..sederhana..tapi mengenang. Seperti angin yang sengaja melewati ujung rambutku dan aku hanya merasakannya sesaat setelah itu pergi entah kemana. Karena itulah mungkin ia lebih senang disebut wi3nd.. atau karena ia memang anak rimba yang tak pernah ingin jauh dari harumhutannya. Dan buku ini, Menatap Punggung Muhammad seolah seperti sebuah novel yang biasanya aku baca dengan nyaman..ringan, yang mana aku selalu mencoba bergaya menulis seperti apa yang ditulis si penulis. Tentang beberapa hal yang biasanya aku suka selami semacam psikologi kematian, teori cahaya, filsafat mimpi, near death experience, atau semacam pengetahuan yang tak bisa ditolak, intuisi. Dan buku ini, membuatku berdebar halus.
Menatap Punggung Muhammad. Aku masih mencoba mengucapkan beberapa kali kalimat itu..sekali lagi, dan aku masih belum sepenuhnya mengerti seperti apa rasanya jikalau benar ‘sedang menatap punggung Muhammad’. Dan malam ini, menjadi momen berharga bagiku untuk kembali mengajukan pertanyaan yang mendasar pada diriku sendiri,”Apakah yang lebih besar daripada iman?” Sebuah pertanyaan yang diucapkan sosok Muhammad dalam mimpi itu. Ia tersenyum menatapku, tetapi entah bagaimana aku tahu sesungguhnya ia sedang agak bersedih.
“Aku tak tahu”, kataku. Tenggorokanku terasa sangat kering. Terik matahari menyengat – aku berada di sebuah tempat yang kering dan tandus. Bukan padang pasir, tapi sebuah tempat yang belum pernah kulihat dan kuketahui sebelumnya. Tiba-tiba, aku ingin melihat sosok itu… dan ia tersenyum tulus ke arahku. Aku melihat seorang lelaki dengan wajah yang agung dan bercahaya. Ini semacam cahaya aneh yang justru tak membuatku merasa silau – tapi teduh. Sekali lagi ia tersenyum,..senyum itu membuatku lupa dengan rasa haus dan panas yang membakar kulitku. “Apa yang lebih besar daripada iman?” katanya mengulang pertanyaan pertamanya.
Seketika langit hening.. bumi senyap. Dan lelaki itu melempar senyum sekali lagi, lalu membalikkan tubuhnya setelah mengucapkan sebuah salam perpisahan. Pelan-pelan, ia melangkah pergi, menjauh meninggalkanku. Aku menatap punggung sosok itu yang semakin menjauh…terus menjauh. Entah mengapa ada perasaan sedih yang teramat dalam saat ia meninggalkanku di tempat itu sendirian. Aku benar-benar tak rela melepasnya pergi..aku menatap punggungnya dan memanggilnya kembali dengan mata rinduku, tetapi ia terus menjauh..menjelma sunyi..meninggalkanku.
Aku terbangun dengan dada yang berdebar, dengan perasaan yang begitu sedih. Muhammad, Muhammad, Muhammad.. aku mengulang-ulang nama itu. Mengapa ?
“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-relakan Islam menjadi agama bagimu”.
Siapa yang tak berbahagia mendengarnya. Ini seperti sebuah kabar kemenangan. Tuhan telah merestui perjuangan kita dan menyatakan bahwa agama ini adalah agama yang sempurna. Bisa dipahami, ini adalah kebahagiaan yang tak terkira. Tapi.. kegembiraan itu justru tidak berlaku bagi sahabat terdekat Muhammad. Di tengah suasana kemenangan dan kebahagiaan itu.. di saat Haji Wada, perjalanan haji terakhir Muhammad – Abu Bakar justru menangis sedih dengan pundak yang berguncang. Air mata membanjiri tebing pipinya, sesekali suaranya tercekat pilu bagai menahan sesak di dadanya. Kenapa dengan Abu Bakar?
Ia menangis, menahan pilu di dadanya, sebab ia tahu bahwa di balik peristiwa itu…ia menyadari, tak berapa lama lagi Muhammad yang sangat ia cintai, akan meninggalkannya dan para sahabat yang lain. Ya, Sang Nabi telah usai melaksanakan tugasnya dan akan kembali ke haribaan Allah. Sebab telah sempurna agama yang telah Muhammad bawa, telah selesai tugas besar kenabiannya dan tidak akan ada lagi nabi yang akan menggantikannya.
Pelan-pelan.. Muhammad menghampiri Abu Bakar dan para sahabat, mengatakan bahwa tak berapa lama ia memang akan pergi meninggalkan semuanya. Tangis Abu Bakar semakin menjadi dan berguncang hingga ke relung dada.. begitu pula dengan para sahabat. Sang Nabi perlahan melangkah pergi…ada cinta yang begitu kuat di hatinya, air matanya mengintip di sudut matanya, tetapi sekuat tenaga ia tahan, ia tak mau membuat para sahabatnya semakin bersedih – sesungguhnya ia juga tak ingin pergi.
Ini bila, bila Rasulullah mengunjungimu..bermalam di rumahmu, akankah kau mengalami kesulitan di saat makan malam? Untuk mengucapkan rasa syukur dengan mengucap
“alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin…subhaanallah”. atau bagaimana ?
…………………………………………………………………………………………………………………………
sebuah resensi novel ‘Menatap Punggung Muhammad’ karya Fahd Djibran.
48 comments
allahumma sali ‘alaa muhammad…
Jadi pingin baca novelnya mas…saya kuk belum pernah lihat di toko buku ya.. mungkin buku ini msh sangat baru..
sebuah risalah buku yang sangat bermanfaat dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita.
Selamat merayakan Hari Raya Idul Adha 1431 H.
MOHON MAAF Lahir Bathin.
Semoga ada lagi informasi tentang resensi buku lainnya ya…
SALAM hangat dari Kendari. 8)
membaca sejarah Muhammad selalu menggetarkan hati saya. sungguh ia manusia yg sangat mulia.
Membaca cerita mas, saya lekas teringat tausiyah Habibana Munzir.
Sungguh Muhammad adalah tuanku yg mulia.
Salawat serta salam patut tercurahkan dari hamba yg penuh dosa ini untuknya.
Kalau meningat sayyidina muhammad, otak ini langsung malu ketika sayyidina muhammad berdoa dalam ajalnya,”umatku, umatku, umatku”. limpahkan sakit sakaratul maut umatku kepadaku.
T.T
@Bumi Al fattah: pada saat itu nabi muhammad berkata”Laa ilaha illallah ( tiada Tuhan selain Allah), sungguh kematian itu sangat pedih”
Beliau meminta kepada Allah untuk ditambahkan sakit dan pedihnya sakaratul maut untuk beliau dan meringankan kepedihan sakaratul maut ummatnya.
Sungguh, patutnya nkita harus bekaca jika tak mau bersholawat kepada beliau.
allahumma sali ‘alaa muhammad…
tiada yang cacat darinya, sosok yang luar biasa, tak pernah saya tak menitikan airmata setiap membaca kisahnya, apapun judulnya…
Kemuliaan dan Kesahajaannya memberikan inspirasi kepada kita semua sebagai umatnya untuk berbuat yang terbaik dalam hidup ini
Gw belum baca ini Mod.
Kemarin gw baca jg ulasannya di blog kyaine..
aq penasaran nih sama bukunya, ok deh besok aq langsing beli bukunya dan akan aq lahab abis
Belum baca bukunya…ntar ke Gramedia ah, O ya Selamat Idul Adha 1431 H ya mas..
dan Tuhan mencukupkan segala nikmat untuk kita
sapa pagi untuk moudy….
subhanallah, jadi ingin membaca buku tersebut
buah karya Fahd Djibran yah?
ada otobiografinya buat beliau? kadang kalo baca novel saya sangat perlu membaca riwayat penulis ato pengarangnya.
Catat…buku yang layak dibaca….
allahumma sali ‘alaa muhammad…
novel ini Insya Allah yang akan menjadi bacaan selanjutnya setelah menamatkan baca novel yang saya sampaikan di blog saya. Trims sekali Mas …
hmm, masih dalam proses penyelesaian membaca buku ini nih,,
semoga bisa selesai,,
sempurnanya syahadat… disertai dengan ucapan astaghfirullah al adziem…
Jadi penasaran dengan isi buku tersebut..
First salam dan salawat untuk kekasih Allah dan yang Mulia kanjeng Nabi Muhammad..
asLi daku ndak nyangka kalu MpM bakalan di review,kereen mauw!!
dan dirimu bisa menyelesaikan membacanya dalams satu dudukan*hebaat!!
tambahan mauw : Tebarkan kebaikan, dan Agama apapun Tak pernah menolaK kebaikan
imauw tengkyu banged yaaa
**ah mauw gue bukan siapa siapa kok,cuma wiend ajah yaah maybe like @ wind
**
wi3nd..
shalawat pd kanjeng nabi Muhammad SAW…
makasih banget jg ya wi3nd…dan pada malam idul adha itu menjadi perenungan yg lbh bermakna…dengan buku itu
ilaahadhratinabiyyilmusthofamuhammad….
Membaca sejarah hidup Muhammad dari awal sampai akhir memang sangat menyentuh perasaan. Untuk novel yang ini belum sempat baca…
Novel yang sangat bagus, harusnya dibanyakin novel seperti ini biar yang muda2 juga pada baca
subhanallah, kita semua merindukan Muhammad, Sang Nabi yang kita muliakan, semoga shalawat dan salam yang kita ucapkan sampai kepadanya. wah, jadi penasaran dengan bukunya, mas moudy.
bro, bukuna tebelya brp halaman ya?
gak bs membayangka kisah hidup Nabi Muhammad yang biasanya di kitab2 siroh dtulis tebal kemudian ditulis dlm novel.
klo boleh th dr pandangan sampeyan, kenapa menggunakan judul Menatap Punggung Muhammad
ahmedfikreatif,,
bukunya 180 hal bro..itu lebih banyak berkisah perjalanan hidup si ‘aku’ setelah bermimpi ktm nabi Muhammad, dan sepenggal kisah sang nabi yg berkorelasi dg mimpi itu, ditambah narasi ttg pencarian intelektual dari tinjauan psikologi n filsafat.
knp gunakan judul itu? yg tahu pasti, tentulah kang fahd djibran. tp kalo saya boleh berargumen..kalimat itu dipakai sbg bentuk ekspresi kesedihan, kerinduan, dan ketidakpantasan si ‘aku’ tatkala sdg bertemu sang nabi. pantaskah si ‘aku’ bertatap muka dg beliau? n ternyata pertemuan itu tak lain adalah perpisahan yg dalam..n hanya punggung Muhammad yg terakhir kali bisa dikenang..
Mari ikut meramaikan kontes seo Rumah Mungil Yang Sehat
Membaca ulasan ini saja telah mampu membuat hati tersentuh…
Semoga saya juga sempat membaca novel ini
Subahanaullah, saya pengen punya buku ini juga mas :-)
kira2 bisa di dapat dmn yah,…
jadi kepengen baca …
Assalaamu’alaikum Mas Elmoudy…
Subhanallah… sosok peribadi insan agung ini tiada tara kekaguman atasnya. hanya membaca tentang peribadi kehidupan beliau dan tingkahnya sahaja sudah bisa membuat airmata saya berjurai lebat.
Allahumasalli ‘ala saidina Muhammad.
Ya habibi ya Rasulullah.
Semoga keinginan kita walau hanya melalui mimpi bertemu baginda, bisa dikurniakan Allah walau sekali seumur hidup dan dapat dihimpunkan bersamanya di akhirat kelak.
Salam mesra selalu dari saya di Sarikei, Sarawak.
saya jadi penasaran pengen punya bukunya..
informasi yg bermanfaat kang, trimakasih
@ imauw :
penjabaran loe untuk pertanyaan ahmed mantaabs..
gue sendiri apsti ndak bisa jawab jika ditanya..
**jempol gue wat loe mauw..!
Allahumma sholli ala Muhammad, setiap mengingar Muhammad SAW aku menangis…
i love him
Allahuma shali alim…….
Semua perilaku beliau memang patut kita contoh karena semua sudah terbukti akan membawa umatnya ke arah yang lebih baik. Begitu pula dengan segala nuwbuat nya, hatiku bergetar bila membaca sejarah hidup beliau.
Salam hangat serta jabat erat selalu dari Tabanan
ooww, gitu to bro ..

soale khan baca Siroh nya saja sampai ribuan halaman ini dibikin novel tipis.
klo konsepnya gitu sih, masuk akal
pandangan dari si ‘aku’
argumenmu bener Mou,,
punggung melambngkan bhw ketidakpantasannya melihat beliau SAW.
*tp blm minat beli nih Mou
xixixixixi
Allahumma Sholli ‘ala Muhammad
Rindu kepada Rosul, semoga membuat kita selalu ihlas bergerak dalam karidorNya.
Hati ini rindu padamu ya Rasul…
rindu walau blum pernah bertemu…
bagai retakan tanah yang pecah karna panasnya cahaya kerinduan
salam tuan,
jazakallah…
sejak terdengarkan tajuk buku ini, saya jadi ‘terhenti’ memikirkan apa maksud disebalik tajuk itu. ‘menatap punggung Muhammad’.
kini, saya sudah mengerti. terima kaseh. melihat komenan rakan2, jadi ingin sekali memilikinya dan membacaya.
ensha Allah, moga2 dipermudahkan Allah.
novel yang sangat bagus ,,,,!!!!
Subhanallah, bukunya bagus…
namun membuat saya malu karena sebagai seorang muslim saya justru tidak mengetahui secara jelas riwayat Nabi Muhammad SAW, junjungan besar umat Islam…
Kemuliaan dan Kesahajaannya memberikan inspirasi untuk berbuat yang terbaik dalam hidup ini… salam kenal gan
nabi akhir jaman memang mansuia mulia
muhammad is the best propet, , The only One.
Allahumassoliala Muhammad,ya Allah ingin rasanya aku bertemu dengan kekasih Mu,txs anfonya
Allahumasholi alasayidina muhamad, subhanallah menatap punggungnya saja sudah menjadi kebahagiaan,,apalgi menatap wajahnya..