Minggu pagi, dengan ditemani kopi jahe hangat.
Aku buka lembaran koran Kompas yang tergeletak di teras rumah. Dan pada halaman 23, mataku tertuju pada sosok yang tak pernah hilang dari ingatanku, Gede Prama. Setiap kali membaca tulisan tentang Gede Prama, aku selalu membacanya lebih pelan dibanding tulisan-tulisan lainnya. Setiap kata yang mengalir darinya, membuat merinding dan ada getaran sangat halus yang langsung menelusup ke pusat hati. Tak ingin cepat-cepat selesai membaca, dan berusaha untuk bisa terus menyelami atmosfer keheningan pada sosok Gede Prama.
Ingatanku pun tak bisa terlepas pada pertemuanku dengan Gede Prama beberapa tahun silam, di sebuah Padepokan Thaha. Tak berbeda dengan foto yang terpampang di koran Kompas, saat datang ke Padepokan Thaha itu pun, ia memakai baju yang sama, kaos warna kuning. Dua kali aku bertemu dengannya di sana, dan ia memakai baju yang sama, kaos warna kuning.
Membaca Gede Prama di koran itu, aku terheran-heran. Ia mengatakan, “Aku merasa ada clue yang disembunyikan di penjara, sehingga aku musti belajar dan datang ke sana.” Lohh…apa maksudnya? Aku tidak mengerti.
Ia melanjutkan, “Sederhana sekali. Di penjara dan juga di rumah sakit, nama Tuhan paling sering dipanggil dengan penuh kesedihan. Maaf, kalau di pura atau wihara, Tuhan selalu dipanggil dengan nada gembira. Di sini, di penjara, juga jadi tempat suci. Di situ aku mengerti, vibrasi baik tidak hanya ada di tempat ibadah, tetapi juga ada di penjara dan rumah sakit. Di penjara, mereka yang benar-benar penjahat kurang dari 10 persen. Lebih dari 90 persen adalah orang-orang innocent, yang tidak sengaja melakukan kesalahan. Bahkan ada pembunuh yang membunuh karena khilaf. Mencuri, karena ada tanggung jawab menghidupi keluarganya yang sedang kelaparan atau sekarat. Banyak dari mereka yang di penjara, menjadikan penjara sebagai tempat suci.”
Tujuh tahun yang silam, Gede Prama senantiasa belajar dan terus mencari guru. Suara-suara yang mengiang di kepalanya terus memintanya untuk berguru. Bahkan kemudian, suara-suara itu menjelma menjadi sosok. Itulah yang mengantarkannya pergi ke India bertemu Dalai Lama pada tahun 2006. Setelah menunggu dua hari, Dalai Lama mendatanginya. “Kami seperti sudah saling kenal. Dalai Lama berpesan, jika harus memilih antara agama atau menyayangi manusia, pilihlah menyayangi manusia.” kata Gede Prama menirukan perkataan Dalai Lama.
Kita semua dahaga, haus sekali. Hanya saja, ketika haus kita tidak mencari air, malah mencari lumpur, kan sakit perut. Pemuasan terhadap dahaga itu ada di dalam diri. Orang yang terpuaskan dahaganya merasa berkecukupan, no more. Ketika kita mengatakan no more, bukan berarti rezeki kita habis, melainkan tetap mengalir dengan tenang dan lancar.
Banyak yang berusaha mencari pemuasan dahaga untuk mendapatkan kebahagian. Ada beberapa tingkatan kebahagiaan. Yang terendah itu bahagia karena keinginannya terpenuhi. Itu sebentar. Dapat pekerjaan, naik gaji, punya rumah, mobil, itu sifatnya sebentar. Kebahagiaan yang lebih tinggi tatkala kita merasa berkecukupan. Kebahagiaan tertinggi jika kita mulai memasuki alam kesempurnaan. Di India misalnya, seperti Siddharta, meninggalkan istana, melepaskan seluruh materi berlimpah yang dimilikinya, untuk kemudian menjalani kehidupan spiritual.
Seperti halnya Siddharta, Gede Prama pun melakukan hal yang sama. Ia mengatakan, ” Saya tidak tertarik dengan materi. Saya ingin menemukan sesuatu di hutan, di Tajun. Aku mengerti mengapa hutan disebut forest. Itu berasal dari for dan rest, artinya wanaprasta, tempat menjalani pertapaan. Kita istirahatkan seluruh pikiran. Menemukan kebahagiaan, cinta kasih, dan keheningan di sebuah pedalaman di hutan.
Di akhir kisahnya ia menyampaikan dengan penuh rendah hati, “Hati-hati menerima dan memberi uang. Banyak orang kaya yang tidak tahu telah merusak orang baik.”
Selesai membaca kisahnya itu, pikiranku terngiang lagi dengan momen pertemuanku dengannya di Padepokan Thaha. Satu hal yang tak pernah bisa lupa, lagu anak-anak yang senantiasa ia dendangkan saat mengisi ceramah di sana. “Lihat kebunku. Penuh dengan bunga. Ada yang putih dan ada yang merah. Setiap hari kusiram semua. Mawar melati semuanya indah.”
Pesannya tentu sederhana. Kita hidup di negeri yang subur. Banyak beda suku, agama, budaya dan keyakinan. Tapi itulah kebun kita. Setiap hari disirami agar adem…segar. Hingga semua tampak indah.
70 comments
saya sepakat sekali dengan kalimat ”Hati-hati menerima dan memberi uang. Banyak orang kaya yang tidak tahu telah merusak orang baik.”
Moud.
Beliau buka pedepokan di mana? Apakah beliau mirip seperti Anand Krishna yg mengajar meditasi?
I like your writing as usual….. selalu ada sesuatu…
Iya Zee..betul sekali. Ia guru meditasi. tapi sayangnya ia ga buka padepokan di jkt. Ia di Bali
hm… kata2nya membikin adem ya.. :)
Ah, rasanya pengen deh berguru dengan beliau.
Mendapatkan banyak pengeratahuan seputar alam dan kehidupannya lebih jauh.
Iya, agar seimbang dengan iman.
Saya tunggu yah artikel yang menarik lainnya..
_oiya bila bisa jarak antara artikel yang satu dan lainnya jangan terlalu jauh agar kami tidak perlu menunggu terlalu lama untuk menikmati artikel selanjutnya.
:D
Lihat kebunku, penuh dengan bunga…
disetiap kalimat mengandung makna pesan-pesan moral yang baik,berbuat baik pada ciptaan Tuhan….!!!
beliu memang selalu teduh kalimatnya dan tentu saja syarat makna :)
apapun isi kebunnya sirami agar tak layu hingga mati pada saatnya..
harusnya hingga hidup abadi selamanya
oh iya *lupa imauw.. :D
sama temen mauw dimaafkan yaaa xixiixi..
Cukup menginspirasi, llihat kebunku..
Tapi aku baru kenal dengan sosok gede prama…
salam kenal elmoudy . .
kalimatnya oke bgt dan stori nya juga bagus..
mantapp gan
Wah ketemu gede adalah suatu penghargaan yang tidak terlupakan. Ngimpi saya ketemu beliu.
iya nih, banyak orang kaya yang nggak punya hati nurani. mereka anggap semua cukup dengan uang. padahal itu bisa merusak kebaikan orang..
Assalaamu’alaikum wr.wb, mas Elmoudy…
Tulisan tentang “lihat kebunku” sangat mencerahkan. Kita selalu melihat sesuatu dari kaca lahir semata-mata tanpa memahami kedalaman batinnya.
Jika kita menyayangi manusia, maka kita kan disayangi Allah dan diberi rahmat dalam kehidupan berkasih sayang. Demikian Rasulullah SAW mengajar kita agar mendekati manusia dengan pandangan yang positif.
Dari kasih sayang dan sifat peduli sesama manusia lahirlah agama yang membentuk diri secara tidak langsung.
Semoga kita mengambil iktibar yang baik dari pengalaman orang lain untuk kita teliti manfaatnya.
Salam mesra dari Sarikei, Sarawak. :D
Kalau bukan kita yang mengolah dan menatanya siapa lagi,begitu indah dan subur tanah mengapa kita sia-siakan.Saya sepakat ini dengan penjelasan :
“Kita hidup di negeri yang subur. Banyak beda suku, agama, budaya dan keyakinan. Tapi itulah kebun kita. Setiap hari disirami agar adem…segar. ”
Luar biasa penjelasannya.
Saya suka sekali dengan kutipan lagu “Lihat kebunku. Penuh dengan bunga. Ada yang putih dan ada yang merah. Setiap hari kusiram semua. Mawar melati semuanya indah” ternyata pas banget dengan negara kita yang memang majemuk. Perbedaan itu tidak seharusnya menjadi masalah karena memang itulah keunikan Indonesia yang terdiri dari banyak suku bangsa dan Agama.
Mantap sekali infonya sehingga banyak orang yang senang dan tertarik
apa cuman disini ya orang hanya tau makna lagu tersebut. sepertinya anak muda jaman sekarang banyak yang tidak tahu menahu makna dari lagu yang hanya terdengar waktu kecil
Salam tuk Pak Gde Prama, beberapa kali saya jumpa beliau, baik di Padepkan Thaha, Pondok Indah dan Panglima Polim, beliau selalu ceria dan memberikan pencerahan yang sangat baik. Semoga Sang Budha, dan Sang Hyang Widhi Wasa selalu memberikan rahmatNYA, amin.
Kebun kita yang bunganya warna-warni (dan tidak saling rusak) tentu indah ya, Sob. Damai.
for rest,,,wah baru dengar kata2 seperti itu…dan kalimat “Hati-hati menerima dan memberi uang. Banyak orang kaya yang tidak tahu telah merusak orang baik”
terimaksih, artikel yg bermanfaat
nahh menarik sekali artikelnya.
ayo semua galakan reboisasi disekitar kita…
sangat menginspirasi sekali,,, terus berkarya
Kekayaan memang bukanlah tujuan tapi bisa jadi sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan bagi orang yang tidak menyalah gunakan. artikel yang bagus, tidak ada huruf, kata dan sebarispun saya lewatkan.
setuju !! save our earth
Informasi yang sangat bermanfaat,bagai mana kabar Gede Prama ya
Lagu ini mengingatkan saya di waktu kecil
wah sampai buka padepokan di bali juga ya di jakarta ga ada sayangnya
wow! dibalik judul artikel yg sederhana, tersirat isi yg bner2… bikin mumet
Setiap kata-katanya penuh makna..
dan bikin hati jadi adem..:)
ternyata bikin artikel menarik di blog itu ga gampang. . .
semoga apa yang saya dapat di blog ini bisa saya jadikan referensi buat blog saya.
makasih gan.
beliau sangat sedrhana ya,atapi setiap katanya sangat penuh makna….
membuat artikel yang orisinil memang bukan pekerjaan yang mudah.dibutuhkan jam terbang yang tinggi.saya banyak belajar dari blog ini.
sepakat dgn endingnya nih :)
Kata-kata yang penuh makna… makasih udah share kawan :)
Kekayaan memang bukanlah tujuan tapi bisa jadi sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan bagi orang yang tidak menyalah gunakan. artikel yang bagus, tidak ada huruf, kata dan sebarispun saya lewatkan.
wah sampai buka padepokan di bali juga.
penjara dunia bukanlah suatu tempat yang lebih buruk dibanding penjara cinta
saya paling senang baca artikel dari elmoudy…lebih inspiratif dan gak hoax
Kata-katanya benar2 menginspirasi..
saya sepakat sekali dengan kalimat ”Hati-hati menerima dan memberi uang. Banyak orang kaya yang tidak tahu telah merusak orang baik.”
“Kita istirahatkan seluruh pikiran. Menemukan kebahagiaan, cinta kasih, dan keheningan di sebuah pedalaman di hutan.”sangat menarik tapi susah dilaksanakan.
Mendapatkan banyak pengeratahuan seputar alam dan kehidupannya lebih jauh.
Ilmu yang di share kan sunggu inspiratif saya suka sekali membacanya thankQ
menginspirasi :)
artikelnya bgus2 gan ,mga maju terus dan sukses slalu gan …dan mkasih ats infonya
artikel yang sangat mengesankan .. bermanfaat bagi para pembacanya
keren sekali nih gan informasinya, semoga bermanfaat gan salam kenal aja gan
Penuh pendalaman dan penuh kejiwaan, seperti tersirat dalam bagawadgita, thanks
wah kepengen banget neh bisa belajar sama beliau, sungguh apa yang ada di alam ini memberikan kita banyak hal tentang makna kehidupan dan apa apa yang belum kita ketahui. artikel menarik…
kita dapat mempelajari apapun dari hal yang sepele terlihat dari artikelnya yang memberikan nasehat yg bagus.
Sangat senang membaca postingan /artikel ini.
Pak Gede Prama yang dikenal sebagai penutur kejernihan salah satu favorit saya.
Memang sangat menginspirasi…
Artikel yang sangat menginspirasi dan sarat makna…….luar bisa
yup.. forest, for rest… bagaimana kalau hutan kita habis? perlukah hutan buatan untuk meditasi? for rest… saya suka artikel Anda
Saya baru lihat ini, ternyata ada sosok lain yang bisa menginspirasi. Pak Gede betul, butuh ketenangan yah For Rest, semoga hutan di Indonesia tidak sampai habis
artikel berita yang luarr biasa…update kami tunggu
inspirasi pencerahan yang hebat
inspiratif sekali…”Saya tidak tertarik dengan materi.”
Belia mmembawa pesan agama tertentu atau secara umum saja?
suatu yang baik akan menghasilkan imbalan baik dan suatu yang buruk akan dibalas dengan keburukan yang diperbuat
Luar biasa, kisah nyata yang inspiratif untuk mengasah olah jiwa kita… Salam kenal Gan, thanks…
hidup sudah lama, baru tau saya haha
Beliau buka pedepokan di mana? Apakah beliau mirip seperti Anand Krishna yg mengajar meditasi?
visit : jual pintu baja
Beberapa tahun yang lalu… saya menemukan buku bersampul biru. Dan penulisnya adalah beliau, Gede Prama. Berbeda dengan gaya berbicara motivator, cara bertutur Gede Prama sangat bersahaja. Tidak ada kata kata bombastis. Tapi di situlah kelebihannya.
Sampai saat ini saya masih ingat beberapa kalimat dari beliau, walaupun bukunya entah menghilang ke mana…
“Laut menjadi dalam bukan karena apa-apa. Karena ia merendah serendah-rendahnya.”
Kutipan “Dalai Lama berpesan, jika harus memilih antara agama atau menyayangi manusia, pilihlah menyayangi manusia.” kata Gede Prama menirukan perkataan Dalai Lama.” yang bikin terkesan.
Gede Prama berpikir universal, tokoh pluralisme.
Nah yag ini bikin merinding, Hati-hati menerima dan memberi uang. Banyak orang kaya yang tidak tahu telah merusak orang baik.
Super sekali bikin adem hati…,,
maaf duh lho komen saya error , apabila ada 2 hapus saja satu ya
inspiratif sekali tulisannya.
Sungguh inspiratif